Terkadang kita nemuin tempat yang serasa rumah itu bukan di rumah kita sendiri. Kita bisa nemuin itu dimana aja, dimana kita merasa nyaman, dimana kita serasa ingin tinggal di tempat untuk lebih lama lagi.
Tempat nyaman itu bisa yang dekat ataupun jauh. Bisa yang berisi semua kemewahan atau terkadang kesederhanaanlah yang membuat kita merasa nyaman. Membuat kita menyadari seberapa egoisnya kita selama ini.
This is the new experience that i've got. Merasa nyaman dengan sebuah kesederhanaan, walaupun gak bisa munafik ketika balik ke rumah, hasrat untuk shopping itu seketika muncul lagi haha.
Sekitar awal Februari kemarin sekolahku punya program "Live in", program ini sih kegiatannya sama kaya yang di tv itu loh,"Jika Aku Menjadi". Ya, kita harus merasakan tinggal di sebuah desa selama 4 hari 3 malam. Kita tinggal dengan orang tua asuh kita di sana (satu keluarga memperoleh 2 anak). Kita ikut mengerjakan pekerjaan mereka. Jadi petani ya kita ikut bertani, jadi penjual makanan ya kita ikut bikin makanan, bahkan kalau pencari ular aja kita juga ikut mencari ular.hiiii
Awal yang aku pikirin ketika masih di rumah, gimana ya kamar mandinya nanti?
gimana orang tua asuhku nanti? bakal sehitam apa aku kalau balik ke rumah nanti? bla bla dan bla, semua hal-hal negative udah melayang-layang di kepala duluan.
Waktu udah sampai di sana, aku legaaaaa banget rasanya. Kamar mandi? Safe! This is the most important room, loh! (: Orang tua asuhku namanya Pak Rohmin, umurnya udah 70-an. Dia udah pensiun, dulunya guru matematika yang dihormatin banget. Ibunya dulu kerja musiman, tapi sekarang juga udah istirahat. Mereka punya anak 7, udah pada besar-besar semua dan udah pada sukses!
Ada 2 anak Pak Rohmin yang sudah menikah dan punya rumah sendiri di sekitar rumah beliau. Mbak Ambar dan aku lupa satunya lagi. Mbak ambar punya anak, namanya Tata&Ela. Mbak satunya juga punya anak, namanya Iluth&aku lupa nama kakaknya. Kalau habis maghrib, Iluth, Ela, dan Tata selalu ke rumah Pak Rohmin selama ada aku dan Yaya (housemate-ku). Mereka minta kita untuk jadi guru mereka tapi kenyataannya kita malah main-main dan ceritaan. Aku suka kehangatan itu. Kehangatan di dalam sebuah kesederhanaan. Sebuah lelucon ringan sudah menjadikan rumah itu semakin hangat dengan tawa-tawa riang kami. Tidak perlu rumah yang mewah untuk merasakan kebahagian itu.
Bisa dibilang aku sama housemate-ku ini gak ngerasain hidup sengsara. Ya gimana lagi, rumahnya udah berkecukupan, kehidupannya juga. Kalau hujan kita gak dibolehin ke kebun, mereka takut kita sakit karna kita udah dianggap kaya cucu mereka sendiri. Sementara waktu kita di sana itu hujan terus. Jadi intinya? We won't know how it feels to be a guava-farmer. Oya di desa tempat aku tinggal itu namanya Desa Gedong, di sana banyak kebun jambu, kopi, pete, ladang jagung, sama peternakan ayam.
Kita sedikit beruntung karena hari ketiga kita di sana cuaca pagi lumayan cerah. Jadi, kita sempat pergi berkebun walaupun cuma sebentar karena tak berapa lama hujan sudah mengguyur desa itu lagi. Aku dan housemate-ku sering pamit ke rumah teman buat bantuin bikin kue. Daripada kita cuma nonton tv sama makan di rumah, kita memilih untuk ngerasain gimana pekerjaan di sini.
Sedih banget waktu kita mau kembali ke Semarang. Rasanya aku mau lebih lama di sana, aku serasa punya kakek&nenek lagi. Teman-temanku juga gitu. Ada yang nangis, kasian sama orang tua asuhnya kalau dia sudah pulang siapa lagi yang akan membantu bikin kue. Banyak hikmah yang bisa diambil dari kesederhanaan itu walaupun dengan waktu yang sangat singkat. Tunggu kita X-9 & X-10 kembali untuk mengunjungi kalian, warga-warga dusun rowogandu yang membuat kami sadar arti kehidupan.
Sampai sekarang aku masih menjalin hubungan sama bapak&ibu Rohmin, setiap akhir minggu kita masih bertukar kabar lewat telepon. Benar-benar serasa punya kakek&nenek baru. (:
P.s:
Terkadang, untuk gak tau apa-apa itu lebih baik. Ini bukan berarti tidak tahu sama sekali perkembangan tekhnologi dan berita yang ada. Bukan itu maksudnya.
Aku termasuk seorang twitter addict yang masih sering suka nge-stalk twitter seseorang di masa lalu. Ketika aku di sana, hidupku serasa lebih tentram, aku gak tau apa-apa tentang dia. Karena selama aku di sana, walaupun gak boleh bawa hp tapi aku tetap bawa, aku mengurangi intensitas pemakain hp, gak ada waktu buat ngelakuin hal gak penting itu.
Waktu balik ke rumah? Sahabatku langsung minta aku nelpon dia, dia ngasih tau aku kalau seseorang itu udah nemuin hati yang baru 'lagi'. Semenjak itu aku mulai nge-stalk lagi twitter dia dan pacarnya, dan walaupun udah berusaha segala macam tetap aja aku gak hilangin kebiasaan nge-stalk itu sampai sekarang.
So, maksud dari gak tahu apa-apa itu adalah, untuk tidak mengetahui apa yang lagi nge-trend atau gosip hot news sekarang ini terkadag lebih baik. Nge-trend, kenapa gak be yourself aja? Gosip hot news, buat apa kita ikut campur masalah orang lain?
Kehidupan di kota itu lebih kejam dan lebih sering bikin frustasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar